Dear God, thank You for loving me. Amen!

Dear God, thank You for loving me. Amen!
Perempuan dari Timur Indonesia

Jumat, 27 Desember 2013

Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati

Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati

Salah saya, dia, mereka, atau KITA ?
oleh Intan Nuka

Sistem kesehatan adalah suatu tatanan kehidupan dimana terjaganya pola perputaran upaya untuk hidup sehat yang saling mendukung dan terorganisir dengan baik. Sistem kesehatan yang didukung oleh sumber daya, baik alam maupun manusia, harus mampu menjamin keberlangsungan hidup manusia demi terciptanya derajat kesehatan manusia yang setinggi-tingginya. Tatanan sistem kesehatan pada dasarnya merupakan kumpulan berbagai faktor situasi dan kondisi masyarakat yang menuntut terjadinya perubahan pandangan kearah yang lebih baik tentang kesehatan itu sendiri dan mendukung kesejahteraan umum. Namun, ketidakseimbangan faktor pendukung suatu sistem akan menimbulkan gap yang secara tidak langsung akan meruntuhkan pola-pola dan tatanan sistem yang telah dibentuk.
Sistem desentralisasi yang diberikan oleh Pusat ke daerah dalam hal wewewang untuk mengambil keputusan tentang masalah kesehatan atau gap yang terjadi terkadang tidak berjalan dengan mulus. Pengambilan keputusan yang tidak terlalu mengkaji lebih dalam tentang suatu masalah akan mengakibatkan penumpukan masalah yang lebih banyak.
Salah satu masalah kesehatan yang sangat meresahkan dan bisa dikatakan merusak suatu sistem kesehatan adalah permasalahan tentang tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang terakhir, AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Hal itu menunjukkan bahwa masalah kematian ibu perlu mendapat perhatian lebih, karena dalam setiap harinya selalu ada nyawa ibu yang terenggut dengan gampangnya. Bukankah permasalahan tentang kesehatan ibu dalam hal ini yang berkaitan dengan angka kematian ibu telah tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) point ke 4 tentang meningkatkan kesehatan ibu ?
Lawrence Green (1980) mencoba mengemukakan kepada kita bahwa berbicara tentang masalah kesehatan dalam hal apapun tentunya berkaitan dengan perilaku. Teori perilakunya tentang determinan perilaku memberikan 3 faktor yang menjadi dasar analisis penyebab masalah kesehatan. Faktor-faktor itu yakni:
a.       Faktor Predisposisi
Yang termasuk dalam hal ini adalah sikap dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang kesehatan dan apa saja yang berkaitan dengan kesehatan itu sendiri.
b.      Faktor Pendukung
Dalam hal ini antara lain sarana dan prasarana yang mendukung masyarakat, tidak hanya dalam hal pengetahuan tetapi ada suatu bukti nyata secara fisik.
c.       Faktor Penguat
Peran keluarga, orang dekat, tokoh masyarakat atau bahkan pemerintah menjadi faktor penguat bagi masyarakat itu sendiri untuk memahami tentang kesehatan.
Bila mengkaitkan masalah kematian ibu dan dasar teori L. Green ini maka akan didapati benang merah atau hubungan yang berkesinambungan antara sikap dan pengetahuan ibu terhadap pentingnya kesehatan kehamilan, dukungan sarana dan prasarana kesehatan, serta kerjasama antarmasyarakat dan keluarga bahkan pemerintah.
Namun, masalah kesehatan ibu ini adalah begitu kompleks sehingga tidak bisa dipakai hanya oleh satu dasar teori atau patokan tertentu. Berdasarkan data, penyebab langsung kematian ibu adalah kurang lebih 90% disebabkan oleh seputar persalinan, dan kematian tersebut terjadi karena komplikasi. Sedangkan sebab tidak langsungnya antara lain dilatarbelakangi oleh sosial ekonomi, pendidikan, kedudukan dan peranan wanita, sosial budaya, dan transportasi (Arsita Eka Prasetyawati, Kesehatan Ibu dan Anak dalam MDGs, 2012).
Proses kehamilan adalah proses biologis yang terjadi secara alamiah, yang merupakan pusat dari keseluruhan alur kehidupan. Ketika gangguan secara fisik ataupun psikis muncul pada tahap ini, tentu akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan ibu dan calon bayi, bahkan kematian ibu atau bayi tersebut.
Segala sesuatu dipersiapkan secara matang selama proses kehamilan, yang antara lain kesiapan mental (psikis) dan kebutuhan gizi yang cukup. Masa kehamilan diibaratkan 2 orang berjalan dengan satu kaki. Ada 2 kehidupan yang harus dipertahankan: anak dan ibu. Namun, ketika pemikiran telah sampai pada sejauh ini mengapa harus ada ibu yang mati karena melahirkan ?
Pertanyaan refleksi yang akan mengantar kita pada pandangan terbuka tentang begitu banyak faktor yang tidak hanya dilihat oleh satu pihak saja namun oleh begitu banyak pihak.
1.      Pengetahuan dan kesadaran ibu tentang kehamilan yang rendah
Periode kehamilan merupakan saat yang rentan. Berbagai kesalahan ataupun kelalaian kecil selama masa tersebut bisa membawa dampak buruk baik bagi ibu maupun sang bayi nantinya. Pengetahuan sang ibu kerap dipandang sebagai pemicu besarnya AKI maupun AKB. Begitu banyak promosi kesehatan dan program-program tentang kesehatan ibu yang telah dijalankan oleh pemerintah guna meningkatkan pengetahuan sang ibu, namun pada akhirnya kita harus menyadari bahwa pengetahuan sang ibu tidak selamanya menjamin amannya masa kehamilan. Pengetahuan menjadi mubasir bila tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menjalankan tindakan nyata yang baik dan benar sesuai informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Sang ibu tidak hanya cukup diberi pengetahuan saja, mereka harus diajak dan diberi kemudahan guna mengakses pelayanan kesehatan yang berguna selama proses kehamilannya. Jadi secara lebih singkat dirumuskan bahwa para ibu harus diberi pengetahuan, diajak untuk mengakses pelayanan kesehatan yang disediakan, dan diberi kemudahan untuk mengakses pelayanan tersebut.
2.      Tenaga kesehatan yang kurang
Masalah kekurangan tenaga kesehatan  menjadi permasalahan yang membingungkan. Ada begitu banyak mahasiswa yang diwisudakan dari berbagai institusi kesehatan di seluruh negeri setiap tahunnya.  Namun kenyataan bahwa ketersediaan tenaga kesehatan yang masih kurang menimbulkan pertanyaan besar. Pemerintah harusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi lulusan institusi kesehatan untuk mengabdi bagi masyarakat, dengan demikian distribusi tenaga kesehatan bisa merata. Distribusi yang tidak merata ke seluruh pelosok daerah dan ketidaksiapan mental tenaga kesehatan untuk bekerja di pelosok mengakibatkan pilihan terakhir masyarakat tertuju pada dukun beranak. Dukun beranak tidak memiliki alat persalinan yang steril, tradisional, resiko perdarahan dan kematian ibu tentu sangat tinggi
3.      Fasilitas pelayanan yang sulit dijangkau
Fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau membuat ibu hamil lebih memilih persalinan dilakukan di rumah dengan bantuan dukun atau bahkan tidak terbantu sama sekali.
Selain itu, transportasi juga menjadi kendala untuk masyarakat jika ingin pergi memeriksakan diri jika alat transportasi saja tidak ada.
4.      Sarana dan prasarana di fasilitas yang belum lengkap
Jarak pelayanan kesehatan yang dekat belum menjadi ukuran bahwa ibu bisa memeriksakan kehamilan dengan teratur. Alat-alat kesehatan yang belum lengkap terkadang menjadi kendala ibu untuk memeriksakan kehamilannya.
5.      Sosial budaya masyarakat yang masih lekat
Budaya masyarakat yang masih lekat dalam diri mereka terkadang membawa pola pikir yang negative tentang kehidupan. Beberapa pandangan masyarakat dulu yang merugikan bagi ibu hamil antara lain:
a.       Kehamilan adalah urusan wanita yang mengandung saja, sehingga apapun yang berkaitan dengan kehamilan adalah tanggungjawabnya sendiri.
b.      Kebiasaan dimana ketika makan, suami dan anaklah yang terlebih dahulu makan dan sisanya diberikan ke istri. Selama proses kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi karena yang dimasukkan oleh sang ibu akan menjadi makanan bagi anak di dalam kandungannya juga. Jika kebutuhan energi dan gizi ibu tidak terpenuhi, kesehatan janin yang dikandungnya pun menjadi tergangggu.

Begitu banyak hal yang saling berkaitan yang menegaskan kepada kita bahwa seorang ibu tak perlu mati jika semua pihak baik individu, keluarga, masyarakat, dan penerintah saling bekerja sama memperhatikan masalah ini. Masalah ini kelihatannya sederhana, tapi tidak sesederhana kita melihatnya. Semua faktor yang saling berkaitan menyebabkan masalah kesehatan ibu ini sangat kompleks, dan harus diperhatikan dari semua sudut pandang.
Jika bukan kita yang peduli, mau siapa lagi?


Referensi:
1.      Laporan SDKI tahun 2012
2.      Prasetyawati AE. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika

Tidak ada komentar: