Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati
Salah saya, dia, mereka, atau
KITA ?
oleh Intan Nuka
Sistem
kesehatan adalah suatu tatanan kehidupan dimana terjaganya pola perputaran
upaya untuk hidup sehat yang saling mendukung dan terorganisir dengan baik. Sistem
kesehatan yang didukung oleh sumber daya, baik alam maupun manusia, harus mampu
menjamin keberlangsungan hidup manusia demi terciptanya derajat kesehatan
manusia yang setinggi-tingginya. Tatanan sistem kesehatan pada dasarnya
merupakan kumpulan berbagai faktor situasi dan kondisi masyarakat yang menuntut
terjadinya perubahan pandangan kearah yang lebih baik tentang kesehatan itu
sendiri dan mendukung kesejahteraan umum. Namun, ketidakseimbangan faktor
pendukung suatu sistem akan menimbulkan gap
yang secara tidak langsung akan meruntuhkan pola-pola dan tatanan sistem
yang telah dibentuk.
Sistem
desentralisasi yang diberikan oleh Pusat ke daerah dalam hal wewewang untuk
mengambil keputusan tentang masalah kesehatan atau gap yang terjadi terkadang
tidak berjalan dengan mulus. Pengambilan keputusan yang tidak terlalu mengkaji
lebih dalam tentang suatu masalah akan mengakibatkan penumpukan masalah yang
lebih banyak.
Salah
satu masalah kesehatan yang sangat meresahkan dan bisa dikatakan merusak suatu
sistem kesehatan adalah permasalahan tentang tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang
terakhir, AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Hal itu menunjukkan bahwa masalah kematian ibu perlu mendapat
perhatian lebih, karena dalam setiap harinya selalu ada nyawa ibu yang
terenggut dengan gampangnya. Bukankah permasalahan tentang kesehatan ibu dalam
hal ini yang berkaitan dengan angka kematian ibu telah tertuang dalam Millenium
Development Goals (MDGs) point ke 4 tentang meningkatkan kesehatan ibu ?
Lawrence
Green (1980) mencoba mengemukakan kepada kita bahwa berbicara tentang masalah
kesehatan dalam hal apapun tentunya berkaitan dengan perilaku. Teori
perilakunya tentang determinan perilaku memberikan 3 faktor yang menjadi dasar
analisis penyebab masalah kesehatan. Faktor-faktor itu yakni:
a. Faktor
Predisposisi
Yang
termasuk dalam hal ini adalah sikap dan pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat tentang kesehatan dan apa saja yang berkaitan dengan kesehatan itu
sendiri.
b. Faktor
Pendukung
Dalam
hal ini antara lain sarana dan prasarana yang mendukung masyarakat, tidak hanya
dalam hal pengetahuan tetapi ada suatu bukti nyata secara fisik.
c. Faktor
Penguat
Peran
keluarga, orang dekat, tokoh masyarakat atau bahkan pemerintah menjadi faktor
penguat bagi masyarakat itu sendiri untuk memahami tentang kesehatan.
Bila mengkaitkan
masalah kematian ibu dan dasar teori L. Green ini maka akan didapati benang
merah atau hubungan yang berkesinambungan antara sikap dan pengetahuan ibu
terhadap pentingnya kesehatan kehamilan, dukungan sarana dan prasarana
kesehatan, serta kerjasama antarmasyarakat dan keluarga bahkan pemerintah.
Namun,
masalah kesehatan ibu ini adalah begitu kompleks sehingga tidak bisa dipakai
hanya oleh satu dasar teori atau patokan tertentu. Berdasarkan data, penyebab
langsung kematian ibu adalah kurang lebih 90% disebabkan oleh seputar
persalinan, dan kematian tersebut terjadi karena komplikasi. Sedangkan sebab
tidak langsungnya antara lain dilatarbelakangi oleh sosial ekonomi, pendidikan,
kedudukan dan peranan wanita, sosial budaya, dan transportasi (Arsita Eka Prasetyawati, Kesehatan Ibu dan
Anak dalam MDGs, 2012).
Proses
kehamilan adalah proses biologis yang terjadi secara alamiah, yang merupakan pusat
dari keseluruhan alur kehidupan. Ketika gangguan secara fisik ataupun psikis
muncul pada tahap ini, tentu akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan ibu
dan calon bayi, bahkan kematian ibu atau bayi tersebut.
Segala
sesuatu dipersiapkan secara matang selama proses kehamilan, yang antara lain
kesiapan mental (psikis) dan kebutuhan gizi yang cukup. Masa kehamilan
diibaratkan 2 orang berjalan dengan satu kaki. Ada 2 kehidupan yang harus
dipertahankan: anak dan ibu. Namun, ketika pemikiran telah sampai pada sejauh
ini mengapa harus ada ibu yang mati karena melahirkan ?
Pertanyaan
refleksi yang akan mengantar kita pada pandangan terbuka tentang begitu banyak
faktor yang tidak hanya dilihat oleh satu pihak saja namun oleh begitu banyak
pihak.
1. Pengetahuan
dan kesadaran ibu tentang kehamilan yang rendah
Periode
kehamilan merupakan saat yang rentan. Berbagai
kesalahan ataupun kelalaian kecil selama masa tersebut bisa membawa dampak
buruk baik bagi ibu maupun sang bayi nantinya. Pengetahuan sang ibu kerap dipandang
sebagai pemicu besarnya AKI maupun AKB. Begitu banyak promosi kesehatan dan
program-program tentang kesehatan ibu yang telah dijalankan oleh pemerintah
guna meningkatkan pengetahuan sang ibu, namun pada akhirnya kita harus
menyadari bahwa pengetahuan sang ibu tidak selamanya menjamin amannya masa
kehamilan. Pengetahuan menjadi mubasir bila tidak dibarengi dengan kesadaran
untuk menjalankan tindakan nyata yang baik dan benar sesuai informasi atau
pengetahuan yang diperoleh. Sang ibu tidak hanya cukup diberi pengetahuan saja,
mereka harus diajak dan diberi kemudahan guna mengakses pelayanan kesehatan
yang berguna selama proses kehamilannya. Jadi secara lebih singkat dirumuskan
bahwa para ibu harus diberi pengetahuan, diajak untuk mengakses pelayanan kesehatan
yang disediakan, dan diberi kemudahan untuk mengakses pelayanan tersebut.
2. Tenaga
kesehatan yang kurang
Masalah
kekurangan tenaga kesehatan menjadi
permasalahan yang membingungkan. Ada begitu banyak mahasiswa yang diwisudakan dari
berbagai institusi kesehatan di seluruh negeri setiap tahunnya. Namun kenyataan bahwa ketersediaan tenaga
kesehatan yang masih kurang menimbulkan pertanyaan besar. Pemerintah harusnya
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi lulusan institusi kesehatan untuk
mengabdi bagi masyarakat, dengan demikian distribusi tenaga kesehatan bisa
merata. Distribusi yang tidak merata ke seluruh pelosok daerah dan
ketidaksiapan mental tenaga kesehatan untuk bekerja di pelosok mengakibatkan
pilihan terakhir masyarakat tertuju pada dukun beranak. Dukun beranak tidak
memiliki alat persalinan yang steril, tradisional, resiko perdarahan dan
kematian ibu tentu sangat tinggi
3. Fasilitas
pelayanan yang sulit dijangkau
Fasilitas
pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau membuat ibu hamil lebih memilih persalinan
dilakukan di rumah dengan bantuan dukun atau bahkan tidak terbantu sama sekali.
Selain
itu, transportasi juga menjadi kendala untuk masyarakat jika ingin pergi
memeriksakan diri jika alat transportasi saja tidak ada.
4. Sarana
dan prasarana di fasilitas yang belum lengkap
Jarak
pelayanan kesehatan yang dekat belum menjadi ukuran bahwa ibu bisa memeriksakan
kehamilan dengan teratur. Alat-alat kesehatan yang belum lengkap terkadang
menjadi kendala ibu untuk memeriksakan kehamilannya.
5. Sosial
budaya masyarakat yang masih lekat
Budaya
masyarakat yang masih lekat dalam diri mereka terkadang membawa pola pikir yang
negative tentang kehidupan. Beberapa pandangan masyarakat dulu
yang merugikan bagi ibu hamil antara lain:
a. Kehamilan
adalah urusan wanita yang mengandung saja, sehingga apapun yang berkaitan
dengan kehamilan adalah tanggungjawabnya sendiri.
b. Kebiasaan
dimana ketika makan, suami dan anaklah yang terlebih dahulu makan dan sisanya
diberikan ke istri. Selama proses kehamilan, terjadi peningkatan kebutuhan zat
gizi karena yang dimasukkan oleh sang ibu akan menjadi makanan bagi anak di
dalam kandungannya juga. Jika kebutuhan energi dan gizi ibu tidak terpenuhi,
kesehatan janin yang dikandungnya pun menjadi tergangggu.
Begitu
banyak hal yang saling berkaitan yang menegaskan kepada kita bahwa seorang ibu
tak perlu mati jika semua pihak baik individu, keluarga, masyarakat, dan penerintah saling
bekerja sama memperhatikan masalah ini. Masalah ini kelihatannya sederhana,
tapi tidak sesederhana kita melihatnya. Semua faktor yang saling berkaitan
menyebabkan masalah kesehatan ibu ini sangat kompleks, dan harus diperhatikan
dari semua sudut pandang.
Jika
bukan kita yang peduli, mau siapa lagi?
Referensi:
1. Laporan
SDKI tahun 2012
2. Prasetyawati
AE. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Nuha Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar