Kita tulis cerita, yang tak 'kan kita lupa, bersama di bawah langit senja..
Lagu di atas berputar berulang di laptop ini, menghabiskan malam menemaniku mengerjakan tugas-tugas yang bertumpuk banyaknya. Aku mulai mengalami pusing. Mana kopi? pikirku.
Mataku sudah sedikit berat, kelelahan adalah pasti untuk saat ini. Aku terbiasa menghabiskan hari dengan bekerja. Berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, mencari-cari sesuatu yang unik, pulang dengan letih menjalar badan, dan melakukan hal yang sama lagi esok harinya. Aku bahkan sudah mulai terbiasa dengan 'mandi sekali saja' setiap harinya karena aku tak punya cukup waktu untuk menghabiskan 20 menit di kamar mandi (lagi) sorenya.
"Ini kopimu."
"Trims."
"Jadi, apa yang menjadi fokusmu malam ini? Tugas akhirmu, atau pekerjaan aktivismu, atau apapun yang kamu lakukan seharian ini."
"Semuanya."
"Istirahatlah"
"Nanti."
"Ya. Matikan lampu jika telah selesai."
"Ya."
"Mama menyayangimu." Satu kecupan hangat mendarat di kening ketika kata itu berakhir.
"Semuanya."
"Istirahatlah"
"Nanti."
"Ya. Matikan lampu jika telah selesai."
"Ya."
"Mama menyayangimu." Satu kecupan hangat mendarat di kening ketika kata itu berakhir.
Ah mama, andai aku bisa melepas satu per satu pekerjaan ini, mungkin saat ini aku bisa tidur denganmu dan memelukmu sepanjang malam. Aku terlalu fokus pada pekerjaan berulang ini, sehingga tak tahu cara untuk berhenti. Sungguh, semua yang kulakukan ini adalah pengalih yang sempurna.
Aku terbiasa dengan migrain yang akan menyerangku besok pagi, atau punggung yang kesakitan karena menahan beban tas yang tak sesuai dengan kondisi fisik badanku yang kurus. Aku juga terbiasa tidur dengan jam 4 setiap paginya, dan harus bangun jam 5 untuk melakukan aktivitas rumahku. Berulang.
Jam dinding mulai menunjukkan pukul 1 dinihari. Masih tersisa 3 jam lagi sebelum aku mengakhiri semua aktivitas malam yang melelahkan ini. Aku kadang tak mengerti dengan diriku; seseorang yang sangat sulit diajak kompromi dengan badanku sendiri. Mataku, tangan dan kakiku, badanku, otakku, mulutku, semua tak bisa bekerja sana, semuanya berjalan sesuai maunya. Ketika aku benar-benar lelah, namun mataku belum merasakan kantuk, jangan pernah berharap aku akan tidur saat itu. Saat kakiku sudah letih berjalan, namun pikiran dan hatiku bekerjasama mengatakan masih ada yang belum selesai dikerjakan, jangan berharap aku akan berhenti untuk beristirahat. Suatu keganjilan yang terjadi dan membuatku sedikit bangga karena aku sedikit 'perkasa' dalam hal ini, sekalipun akan diiringi dengan marah dan nasihat-nasihat panjang.
Pengalih yang sempurna. Aku merasakan teralihkan sejenak ke dunia yang berbeda denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar