Aku mengalami krisis hati; itulah yang pantas aku katakan untuk menggambarkan bagaimana hatiku sedang mengalami masa-masa sulit. Aku melihat bayangan diriku di balik cermin sana, aku terlihat sangat konyol dan norak. Susah juga menyesuaikan diriku denganmu, atau dengan type-mu. Mungkin jelas kamu menginginkan seorang wanita cerdas, berpakaian anggun berjalan menujumu menggunakan high heels mewah dan rambut panjang hitam lebat yang diikat tinggi ke atas; menunjukkan wanita sesungguhnya. Bandingkanlah dengan diriku: jeans yang kupakai ini bahkan harus berhari-hari hingga kotor dulu baru kucuci; rambutku yang selalu kupotong pendek selama ini ketika mulai terlihat panjang, no makeup. Aku yang selalu terburu-buru dan penuh keringat karena memikul banyak buku dan tas yang berat ini. Sepatu kets ini bahkan harus berbau di kaki-ku saking cintanya padaku. Sangat nyata perbedaan wanitamu dan diriku.
Kembali ke kondisi krisis hati yang kedua, aku tak seharusnya masuk ke duniamu. Jelas sudah ada orang didalamnya, kelihatan nekat aku melangkah maju mendapati pintu itu dan mengetuknya. Yah, kadang keberanian dan kebodohan itu beda tipis jika dalam kasus ini. Sekarang, aku harus menebalkan mukaku dengan sejuta kata-kata belaan dan penguatan diri sebelum berbalik menutup pintu itu dan menjauh. Ya! Kata terakhir itu yang sangat tepat: menjauh. Awalnya aku tak ingin menjauh, toh semua orang berhak untuk menyukai siapa saja, terlepas siapa dia dan apa pekerjaannya, dll. Namun, sepertinya aku tak sekuat yang dahulu. Aku terlalu lemah sekarang. Aku pesimis.
Ke-krisis-an hati ini semakin menjadi-jadi karena sekuat apapun aku mencoba, sebanyak apapun kata-kata dan alasan keluar dari mulutku, hati ini seakan-akan masih ingin memilikimu dan menjadikanmu tetap sebagai doaku. Bisa kamu bayangkan betapa konyolnya aku saat ini? Bahkan tidurpun aku tak nyenyak lagi sekarang.
Inilah yang kadang tak dimengerti oleh para pria. Pernahkah kamu merasakan rindu yang tiba-tiba datang? Aku sedang menyebutmu dalam doaku, kala itu. Dalam jauhnya jarak kita, antara hati dan mata, jelas tangan dan badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar