1 April 2015, untuk Junior Ello dan Mutiara, 3 hadiah kecil nan indah dalam kehidupan berhargaku.
Adikku..
Percayalah, kalian adalah segalanya untukku. Tanpa kalian, hidupku mungkin sebatang kara. Tak pernah terbayangkan bagaimana rasanya menjadi anak tunggal, dan aku bersyukur aku bukanlah anak tunggal karena aku memiliki kalian bertiga.
Adikku..
Saat kalian hadir dalam kehidupan ini, iri merupakan rasa pertama yang aku rasakan saat itu. Bagaimana tidak, aku menjadi cemburu karena perhatian papa dan mama akan tercurah pada kalian. Aku akan menjadi seperti anak tiri. Aku tak lagi dimandikan oleh mereka; aku akan mulai memakai sepatu sendiri. Aku tak selalu diantar kesekolah; aku mulai makan dengan menggunakan tanganku sendiri. Namun, semua itu sirna saat aku menjalani hari-hariku dengan kalian. Rasa cemburu itu perlahan sirna, karena aku pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh orangtua kita, yakni 'kalian yang baru muncul dari Tuhan', sebuah anugerah, hadiah, harus diperhatikan lebih dari yang lainnya.
Adikku..
Beda umur kita mencapai belasan tahun. Aku tak lagi muda. Aku akan semakin tua, sama halnya dengan orangtua kita. Semua yang aku kerjakan sekarang, yang aku perjuangkan, semua aktivitasku semata-mata untuk memenuhi kebutuhan kalian. Bisakah kalian mengerti saat aku capek dan aku memarahi kalian karena tak mengambilkan air untukku? Maukah kalian memaafkanku jika aku berkata kasar kepada kalian?
Adikku..
Aku mengalami lelah yang luar biasa dengan semua aktivitasku. Dan ketika pulang ke rumah, aku menemukan kembali semangat yang telah terkuras. Kalianlah semangatku. Aku selalu rindu akan rumah, dan aku tak punya alasan untuk berlama-lama diluar rumah karena aku selalu tahu, aku nyaman bersama kalian.
Sebenarnya bukan aku yang melindungi kalian, tetapi kalianlah yang melindungiku. Aku, kakak yang sangat rapuh dan hidup dalam ketakutan gelap. Namun, aku menemukan terang yang bahagia karena memiliki kalian. Sungguh, aku sangat bersyukur memiliki kalian. Aku melewati setengah kehidupan remajaku dengan melihat kalian bertumbuh dari nol hari hingga sekarang bisa berlari-lari dan memukulku manja. Aku yang selalu memandikan kalian ketika kalian belum bisa mandi sendiri. Aku menyuapi kalian ketika tangan kalian belum bisa memegang sendok makan itu. Aku membuatkan susu formula untuk kalian menggantikan asi mama karena mama masih di sekolah dan belum bisa pulang ke rumah untuk menyusui kalian. Aku yang awalnya sangat jijik dengan kotoran kalian, perlahan-lahan belajar untuk membersihkan dan sekarang malah sangat menikmati kegiatan itu. Aku yang memeluk kalian dengan erat, mendekap dalam dadaku ketika kalian mulai rewel dan menangis. Ah, aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana aku menjalani kehidupanku dengan kalian yang penuh emosi. Sejuta marah, bahagia, jengkel, semuanya menjadi satu.
Adikku..
Teruslah bertumbuh menjadi anak yang baik. Anak yang selalu memperhatikan dan menyayangi orangtua kita. Janganlah tinggalkan mereka dalam masa tua mereka. Peganglah tangan mereka dan berikan mereka harapan bahwa hidup akan baik-baik saja selama masih ada kita. Jangan biarkan mereka menangis, dan jika mereka pada akhirnya menangis maka hapuslah airmata mereka dengan tangan kalian. Ciumlah tangan mereka sebagai wujud tertinggi perhormatan kita terhadap orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita serta mengajarkan kita menjadi seperti sekarang.
Adikku..
Teruslah belajar tentang kehidupan ini. Banyak misteri yang harus kamu pecahkan sendiri. Teruslah melangkah menggapai mimpi. Dan janganlah lupa, teruslah berdoa kepada Tuhan meminta bantuanNya. Teruslah berharap akan pertolongan Tuhan yang maha dahsyat. Aku sudah mengalami hal-hal luar biasa karena Tuhan, dan aku mau kalian pun mendapatkan hal yang sama.
Adikku..
Di akhir surat ini, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku bahagia bersama kalian, aku mencintai kalian, aku bersyukur Tuhan mengirim kalian ke kehidupanku. Kalian menyempurnakan hidupku, kalian separuh nafasku. Maafkan aku jika aku tak bisa menjadi kakak yang sempurna untuk kalian. Tetapi percayalah, selama aku masih bernafas, kalian tak akan pernah luput sedetikpun dari mata, hati, dan pikiranku. Kiranya Tuhan memberiku umur yang panjang agar aku boleh melihat kalian bahagia nanti. Tuhan memberkati persaudaraan kita. Aku mencintai kalian..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar