Dear God, thank You for loving me. Amen!

Dear God, thank You for loving me. Amen!
Perempuan dari Timur Indonesia

Senin, 22 Juni 2015

Di Akhir Pertemuan..



Terlalu sering aku menulis tentang kesibukanku yang sangat banyak. Kesibukan yang membuatku harus memberikan waktu sepenuhnya kepada sesuatu yang dinamakan ‘pekerjaan’. Dan aku menyadari tak ada ruang dalam diriku untuk mencintai seorang lelaki, diumurku yang ke 23 ini, bahkan.
Ketika banyak lainnya masih sangat bersantai-santai menjalani sebuah hubungan, aku malah menjadi sedikit takut dengan kegagalan yang pernah dialami; tembok tinggi kubangun dan kubatasi gerakku dalam ruangan percintaan agar tak terjadi hal yang sama. Hasilnya, sifatku menjadi sangat pemilih.
Mungkin angka 23 adalah angka yang sangat muda. Tetapi tidak untukku yang menganggap waktu adalah segalanya. Aku, yang tidak suka membuang waktu untuk mendampingi lelaki yang tidak punya komitmen yang sama denganku. Aku, yang tidak suka membuang waktu menangisi lelaki yang tidak pernah mencintaiku. Aku, yang tidak suka membuang waktu menjalani hubungan pacaran santai yang akan berujung pisah. Aku, yang tidak suka membuang waktu membangun hubungan kembali dari nol. Itulah mengapa aku menjalani dengan serius semua hubunganku, yang walaupun dengan usaha keras pada akhirnya harus berakhir pula dengan perpisahan. Aku memulai dari nol lagi. Dan aku tidak menyukai hal tersebut. Oleh karena traumaku akan hal tersebut, aku membatasi diriku yang sekarang. Benar-benar membatasi diri dan mempagari diri dari sesuatu yang berbau ‘jatuh cinta’. Aku mengisi semua waktuku dengan bekerja. Membuat otakku terus bekerja. Aku mencurahkan segenap diri untuk pekerjaanku. Dan aku mencintai kesibukanku tersebut.

Tujuh bulan berlalu; dia…
Tak terasa tujuh bulan tlah berlalu. Aku menyukai setiap detik yang kualami selama waktu tersebut. Namun, tujuh bulan itu telah berakhir, karena aku sekarang dihadapkan dengan waktu yang tidak sesibuk dulu. Tidak hanya itu. Aku bertemu seseorang. Dia..
Dia.. haruskah aku menuliskan sebuah puisi untuknya? Lelaki yang telah menyita hampir 2 minggu waktuku. Lelaki yang mengambil alih seluruh pikiranku. Lelaki yang membuat malamku terasa lebih nyenyak. Lelaki yang memberi warna berbeda di pagi hari.
Bagaimana kami berkenalan? Dimana aku bertemu dengannya? Kata pertama apa yang aku ucapkan saat bertemu dengannya?
Telah kutemukan yang aku impikan, kamu yang sempurna..
Lirik lagu Rossa dan Afgan itu membuatku merinding. Apa arti dari sebuah kesempurnaan? Apa definisi sempurna? Konyol ketika harus kukatakan bahwa kamu sempurna dimataku karena telah meluluhkan pertahanan diri ini. Aku tidak bisa mendefinisikan kesempurnaanmu dari bentuk fisikmu atau dari sifat lain yang kamu miliki. Aku hanya mampu mengatakan kamu sempurna karena telah mengangkatku menjadi wanita yang sedikit lebih baik dari kemarin. Dalam ketegasanku mengambil keputusan, terimakasih.
Kamu sempurna bagiku, ketika kamu memarahi keras kepalaku. Kamu sempurna bagiku, ketika kamu tidak setuju dengan pendapat konyolku. Kamu bahkan terlalu sempurna, ketika kamu mengatakan kamu menganggapku adikmu.
Kita tidak ditakdirkan bersama, itu hal biasa yang akan terlupakan.
Aku tak merasakan hal yang luar biasa ketika kamu mengatakan aku hanyalah adikmu. Kita memang tidak ditakdirkan bersama karena begitu banyak perbedaan, dan sudah kukuatkan hatiku jauh sebelum hari dimana kamu mengatakan hal itu. Aku masih harus memahami dirimu lebih dalam lagi, dari semua sisi yang tak kelihatan.
Hal ini akan terlupakan dengan cepat. Aku hanya membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan semua itu. Ingin rasanya larut dalam kesedihan, namun perasaan sedih itu hanyalah wujud ungkapan rasa berbeda yang akan aku jalani nanti keesokan harinya, ketika semua tidak lagi sama seperti kemarin-kemarin.
Ternyata, kamu yang kutunggu, kututup lagi dengan perlahan.
Aku terlampau sering memendam perasaan, dan menyukai mengungkapkan dengan tulisan-tulisan aneh. Aku berharap kelak aku memiliki waktu untuk mengingat semua kisah yang pernah aku tulis. Aku berharap di masa depan nanti, disaat banyak memori tlah hilang, disaat otakku tak kuat lagi mengingat, aku bisa sedikit terhibur dengan tulisan-tulisanku ini. Aku berharap kelak suatu saat aku memiliki waktu untuk menyukaimu sekali lagi, ditempat yang berbeda. Aku berharap masih bisa terus menunggumu, walaupun perlahan aku mulai menutup lagi seperti dulu hati ini; aku mulai menyibukkan diri dengan pekerjaanku (lagi).
Aku berharap, kelak aku tak kehilangan kenangan akan kita. Kenangan dimana kamu pernah memberi warna yang baik dalam sebagian perjalanan kehidupanku. Aku berharap, kelak Tuhan memberikan kebahagiaan untuk kita masing-masing. Dimanapun kamu, dan aku, semoga berbahagia, Partner.

3.20pm, ditengah ruangan ini, bangku biru menemani.
Oebobo, 22 Juni 2015.

Tidak ada komentar: