Dear God, thank You for loving me. Amen!

Dear God, thank You for loving me. Amen!
Perempuan dari Timur Indonesia

Jumat, 20 Maret 2015

Aku = Penganggu Kamu !



Aku benci keadaan ini. Bagaimana mungkin mencintaimu dianggap sebagai suatu gangguan bagi perkembangan kehidupanmu? Aku berpikir berulang-ulang untuk meluruskan pemahamanku tentang arti dari mencintaimu. Aku tidak mendapatkan titik celah untuk melepaskanmu dari ingatanku. Kamu tak memiliki alasan yang pasti untuk ditinggalkan. Dan bagaimana mungkin sekarang aku dikatakan sebagai pengganggu?
Aku hanya mencoba mencintaimu dengan caraku, caraku yang sangat biasa. Melemparkan sebuah pesan pagi untukmu dan menggenggam lagi nanti dengan mendengar suaramu di malam hari. Aku tak tahu cara mencintaimu yang lebih istimewa dibandingkan dengan wanita-wanita cerdas lain diluar sana. Aku hanya mampu menyebut namamu dalam doaku setiap hari sebagai bentuk caraku memelukmu dari jauh. Hanya itu. Lalu, bagaimana mungkin aku dikatakan sebagai pengganggu?
Aku tak memungkiri bahwa pikiranku ingin untuk memilikimu lebih dari ini, aku ini menggenggam tanganmu secara nyata bukan sebagai angin belaka yang hanya bisa kurasakan. Aku juga tak bisa mengelak keinginan tubuh ini yang ingin memelukmu sebagai cara terakhir dan terbaik untuk menenangkan hatiku yang gelisah. Aku ingin mengecup keningmu sebagai bentuk cinta termanis yang kupunya. Aku ingin mencium tanganmu sebagai wujud rasa hormatku sebagai wanita kepadamu. Tetapi, bukankah ini hanyalah sebuah perasaan normal wanita sepertiku? Mengapa ini harus menjadi suatu perkara dimana aku diletakkan sebagai pihak bersalah karena telah mengganggumu?
Aku menyadari dengan benar keterbatasanku, dan bagaimana perbedaan kehidupan kita. Semua yang terjadi sementara ini aku yakini sebagai suatu kebetulan yang tak bisa aku hindari. Kata ‘pengganggu’ yang diarahkan kepadaku benar-benar menyiksaku; seolah-olah aku akan dan telah menghancurkanmu. Aku hanya melalui semua hariku dengan pikiran-pikiran anehku tentangmu, pikiran aneh yang sangat aku nikmati. Aku tak berani berjuang mempertahankanmu secara nyata, karena aku terlalu tahu batas-batas kita. Hanya itu yang bisa kuperbuat disisa waktu yang kita miliki bersama. Sekarang, apakah aku masih dianggap sebagai pengganggu kehidupanmu?

“Aku tak berniat mengacaukan semua rencanamu. Aku hanya memiliki perasaan yang tak bisa kutolak; aku sendiri tak tahu darimana datangnya. Aku hanya merasa bertanggungjawab dengan perasaan yang telah ada. Tuhan mungkin mengirimku untuk mencobaimu, tetapi Ia tahu bahwa kamu membutuhkanku, juga!”

Tidak ada komentar: