Kamu
bertanya, "bagaimana mungkin kau menyukaiku?"
Aku
menyukaimu dalam hitungan detik. Kekonyolan itu kadang membuatku malu saat aku
mengingatnya dikala sepi. Sesuatu yang bagi orang lain dikatakan tak akan
mungkin bertahan lama! Benar! Mungkin ini hanya perasaan semu akibat semua
perhatian dan kedekatan yang tiba-tiba. Namun, bukankah itu indah?
Apakah
ada peluang kita untuk bersama?
Sekalipun
0,1 %, itu tetap peluang. Yang aku tekankan adalah bagaimana angka dari peluang
itu tidak membuatku patah semangat dalam mencintaimu sementara ini. Aku
menyukai kata peluang ini. Karena dengan memikirkan dan menyebutkannya
saja seakan-akan waktu bisa kuubah dan kapan saja kamu bisa menjadi milikku.
Jadi, selalu ada peluang untuk kita bersama!
Bagaimana
jika kita tidak bersama?
Itu
urusan belakangan. Aku menikmati hari-hariku menerima pesan dari dirimu.
Aku menikmati setiap percakapan basa-basi kita yang sebenarnya tak penting. Aku
menikmati diriku yang menanyakan banyak hal yang sebenarnya pengalih perhatian
dari gugupnya diriku saat itu. Aku tak mau mengotori diriku dengan berpikir
akan sesuatu yang belum pasti terjadi. Kembalilah ke atas dan akan kamu temukan
tentang peluang. Jadi, pertanyaan ini tak perlu diperlebar penjelasannya!
Aku merasakan
sesuatu yang benar-benar hebat; ketika aku bisa bangkit dan menjalani kehidupan
sekarang tanpa tekanan masa lalu yang mencekam. Aku merasakanmu yang kuyakini
sebagai sementara itu. Jujur, aku
membenci kata yang kugaris-miringkan itu; seakan-akan kamu tak abadi denganku. Namun,
aku menyukainya karena semua itu benar-benar indah. Aku menyebutmu dalam doaku.
Tulisan-tulisan tanganku, ada namamu. Semua password akun sosmed-ku, itu kamu. Benar-benar
kegilaan yang aku nikmati. Aku seperti pecandu narkoba, mungkin kamu
narkobanya. Semua orang menyebutnya sebagai kesalahan yang tak boleh terjadi. Dan
aku tahu itu. Kesalahan fatal adalah menyukai orang sepertimu, yang dalam satu
kedipan mata bisa membuat dunia dan pertahananku runtuh melebur. Tetapi, aku
tak akan pernah bosan mengatakan bahwa aku menyukaimu dan aku menikmatinya. Kita
terlihat jelas berbeda. Kita memiliki prinsip nyata tentang kehidupan yang tak
bisa ditolak. Aku menguatkan hatiku detik demi detik bahwa bahagiaku menginginkanmu
jauh lebih indah daripada memilikimu secara nyata dalam genggaman tanganku. Aku meyakinkan hatiku bahwa menyukaimu yang
sementara tidak menutup kemungkinan menjadikanmu abadi dalam sesuatu yang aku
sebut nanti sebagai cinta. Ketika peluangku
memilikimu akan tetap menjadi peluang, kamu akan tetap selamanya berada di
titik tertinggi harapanku. Dan aku tak mau kehilangan satu memori pun tentang
hal tersebut. Inilah kegilaan terbesarku, menjalani rutinitasku dengan menaruh
hati pada dirimu. Kamu tak benar-benar hilang dariku, karena kamu adalah fokus
utama segala aktivitasku. Kamu menjadi sumber semangatku untuk melangkahkan
kaki melakukan pelayananku. Kamu yang menjadi sumber energi terbesar dalam
diriku untuk bisa menapaki matahari panas kota ini. Dan kamu, tetap kamu yang
ada disana yang akan selalu bertemu denganku hanya lewat pesan singkat ini.
“Apa kamu bahagia, In?”
“Ya. Aku bahagia. Aku bahagia bisa mengenalmu diakhir perjuanganmu. Aku bahagia
bisa menjadi bagian dari kehidupanmu. Aku bahagia kamu menjadi tempat terakhir
aku menitikkan airmata untuk kekonyolan prinsipku. Aku bahagia menerima semua
pesan darimu. Aku bahagia masih membuka mata di pagi hari untuk menjalani hari
denganmu di tempat yang berbeda. Aku bahagia dengan perasaanku. Aku tak perduli
perasaanmu. Aku tak perduli sejauh mana kamu mengenalku, sejauh mana kamu
menganggapku teman. Aku bahkan tak perduli jika kamu tak mempunyai perasaan
yang sama denganku. Aku tak perduli dengan semua itu. Yang aku perdulikan
sekarang adalah kamu menjadi salah satu bagian dari doaku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar