Dear God, thank You for loving me. Amen!

Dear God, thank You for loving me. Amen!
Perempuan dari Timur Indonesia

Kamis, 19 Maret 2015

CINTA a.k.a KAMU


Kamu bertanya, "bagaimana mungkin kau menyukaiku?"
Aku menyukaimu dalam hitungan detik. Kekonyolan itu kadang membuatku malu saat aku mengingatnya dikala sepi. Sesuatu yang bagi orang lain dikatakan tak akan mungkin bertahan lama! Benar! Mungkin ini hanya perasaan semu akibat semua perhatian dan kedekatan yang tiba-tiba. Namun, bukankah itu indah?
Apakah ada peluang kita untuk bersama?
Sekalipun 0,1 %, itu tetap peluang. Yang aku tekankan adalah bagaimana angka dari peluang itu tidak membuatku patah semangat dalam mencintaimu sementara ini. Aku menyukai kata peluang ini. Karena dengan memikirkan dan menyebutkannya saja seakan-akan waktu bisa kuubah dan kapan saja kamu bisa menjadi milikku. Jadi, selalu ada peluang untuk kita bersama!
 Bagaimana jika kita tidak bersama?
Itu urusan belakangan. Aku menikmati hari-hariku menerima pesan dari dirimu. Aku menikmati setiap percakapan basa-basi kita yang sebenarnya tak penting. Aku menikmati diriku yang menanyakan banyak hal yang sebenarnya pengalih perhatian dari gugupnya diriku saat itu. Aku tak mau mengotori diriku dengan berpikir akan sesuatu yang belum pasti terjadi. Kembalilah ke atas dan akan kamu temukan tentang peluang. Jadi, pertanyaan ini tak perlu diperlebar penjelasannya!

Aku merasakan sesuatu yang benar-benar hebat; ketika aku bisa bangkit dan menjalani kehidupan sekarang tanpa tekanan masa lalu yang mencekam. Aku merasakanmu yang kuyakini sebagai sementara itu. Jujur, aku membenci kata yang kugaris-miringkan itu; seakan-akan kamu tak abadi denganku. Namun, aku menyukainya karena semua itu benar-benar indah. Aku menyebutmu dalam doaku. Tulisan-tulisan tanganku, ada namamu. Semua password akun sosmed-ku, itu kamu. Benar-benar kegilaan yang aku nikmati. Aku seperti pecandu narkoba, mungkin kamu narkobanya. Semua orang menyebutnya sebagai kesalahan yang tak boleh terjadi. Dan aku tahu itu. Kesalahan fatal adalah menyukai orang sepertimu, yang dalam satu kedipan mata bisa membuat dunia dan pertahananku runtuh melebur. Tetapi, aku tak akan pernah bosan mengatakan bahwa aku menyukaimu dan aku menikmatinya. Kita terlihat jelas berbeda. Kita memiliki prinsip nyata tentang kehidupan yang tak bisa ditolak. Aku menguatkan hatiku detik demi detik bahwa bahagiaku menginginkanmu jauh lebih indah daripada memilikimu secara nyata dalam genggaman tanganku.  Aku meyakinkan hatiku bahwa menyukaimu yang sementara tidak menutup kemungkinan menjadikanmu abadi dalam sesuatu yang aku sebut nanti sebagai cinta. Ketika peluangku memilikimu akan tetap menjadi peluang, kamu akan tetap selamanya berada di titik tertinggi harapanku. Dan aku tak mau kehilangan satu memori pun tentang hal tersebut. Inilah kegilaan terbesarku, menjalani rutinitasku dengan menaruh hati pada dirimu. Kamu tak benar-benar hilang dariku, karena kamu adalah fokus utama segala aktivitasku. Kamu menjadi sumber semangatku untuk melangkahkan kaki melakukan pelayananku. Kamu yang menjadi sumber energi terbesar dalam diriku untuk bisa menapaki matahari panas kota ini. Dan kamu, tetap kamu yang ada disana yang akan selalu bertemu denganku hanya lewat pesan singkat ini.


“Apa kamu bahagia, In?”
“Ya. Aku bahagia. Aku bahagia bisa mengenalmu diakhir perjuanganmu. Aku bahagia bisa menjadi bagian dari kehidupanmu. Aku bahagia kamu menjadi tempat terakhir aku menitikkan airmata untuk kekonyolan prinsipku. Aku bahagia menerima semua pesan darimu. Aku bahagia masih membuka mata di pagi hari untuk menjalani hari denganmu di tempat yang berbeda. Aku bahagia dengan perasaanku. Aku tak perduli perasaanmu. Aku tak perduli sejauh mana kamu mengenalku, sejauh mana kamu menganggapku teman. Aku bahkan tak perduli jika kamu tak mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku tak perduli dengan semua itu. Yang aku perdulikan sekarang adalah kamu menjadi salah satu bagian dari doaku.”

Tidak ada komentar: